Republika Online
Minggu, 6 Juni 2003
Langkah ke arah itu kian mendekati kenyataan. Jumat pekan lalu, Rektor UNJ, Prof Dr Sutjipto bersama Ketua Umum Persatuan Akupunturis Seluruh Indonesia (PAKSI), Tomi Harjatmo, MD,MSc menandatangani perjanjian kerja sama untuk mengembangkan ilmu akupuntur. ''Ini langkah pertama dari seribu langkah ke depan dalam mengembangkan Ilmu Akupuntur,'' ucap Sutjipto.
UNJ bukan perguruan tinggi pertama mengembangkan ilmu akupuntur di perguruan tinggi. Banyak negara sudah melakukannya, tak hanya di negara asalnya, Cina, Australia, misalnya. Menurut Tomi, di Negara Kanguru itu ilmu ini diajarkan empat tahun di perguruan tinggi. Kurikulum yang diterapkan mencakup 30 persen ilmu medik, 30 persen ilmu akupuntur, dan 40 persen praktik. Kurikulum semacam itu, menurut Tomi, kemungkinan juga akan diterapkan di UNJ. Program ini dimasukkan ke dalam Fakultas Kesehatan Olahraga, direncanakan sudah bisa dibuka pada tahun akademik mendatang. ''Untuk langkah awal akan dbuka program diploma,'' kata Sutjipto. ''Secara bertahap dikembangkan ke strata selanjutnya.''
Sutjipto menuturkan, akupuntur erat hubungannya dan saling menunjang dengan dengan ilmu kesehatan olahraga dan biologi yang telah ada program studinya di UNJ. Dia mengakui, akupuntur merupakan salah satu alternatif pengobatan namun belum sepenuhnya diterima di kalangan ilmuwan. Menurut dia, akupuntur sudah mendunia dan sudah banyak dikaji di luar negeri. Hanya saja, di dalam negeri hal semacam itu belum banyak dilakukan. ''UNJ menyediakan diri untuk itu,'' tuturnya. ''Sebagai perguruan tinggi, kami harus responsif terhadap perkembangan ilmu.'' Seperti halnya Sutjipto, Tomi mengakui, kerja sama ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan ilmu akupuntur di Indonesia. Selama ini, kata Tomi, kursus-kursus akupuntur telah menjamur di Indonesia. Ini berbeda dengan di banyak negara, termasuk negara-negara maju. Dia bilang, ''Di negara-negata maju, akupuntur bukan lagi hal yang berbau filosofis yang ditentang oleh masyarakat. Akupuntur yang tadinya misteri, sekarang sudah bisa diterima di kalangan medis.''
Di Indonesia, menurut Kepala Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, meski belum ada perguruan tinggi yang mengembangkan ilmu ini tapi tercatat sedikitnya sudah tiga orang doktor bidang akupuntur. Tomi menyebut antara lain di Universitas Airlangga, Surabaya. Apa sesungguhnya pengertian akupuntur itu? Dalam sebuah seminar, Tomi menjelaskan bahwa akupuntur atau tusuk jarum adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Ini dilakukan dengan cara pemberian rangsangan pada daerah tubuh tertentu menggunakan tusuk jarum atau sarana pengganti lainnya berdasarkan hukum dan irama alam serta landasan penalaran ilmiah kesehatan dan kedokteran yang rasional.
Dia menyebutkan beberapa efek akupuntur terhadap kesegaran jasmani. Misalnya efek analgesia (menghilangkan rasa nyeri). Selain itu, sekresi endorphin akibat rangsangan akupuntur menimbulkan sensasi segar dan relaks pada olahragawan sehingga dapat menghilangkan ketegangan dan kegugupan menjelang pertandingan. ''Peningkatan terjadinya gelombang alfa pada EEG(elektro encephalogram) akibat rangsangan akupuntur membuktikan terjadinya keadaan relaksasi dan ketenangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan penampilan (performance) dan prestasi olahraga,'' katanya.
Menurut Tomi, akupuntur berbeda dengan doping. Dope yang berarti obat bius, merupakan upaya pemberian berbagai obat, ramuan, atau zat kimia untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, dan ketahanan tubuh. Akupuntur merupakan tindakan untuk meningkatkan secara optimal berbagai zat atau bahan yang terdapat dalam tubuh tanpa pemberian obat luar. ''Sehingga peningkatan kadar berbagai zat tersebut tidak akan melebihi nilai normal,'' ujarnya. Di samping itu, kata dia, akupuntur menimbulkan pula efek peningkatan penampilan dan prestasi olahragawan melalui perbaikan mikrosirkulasi, relaksasi otot, peningkatan ketajaman penglihatan, dan sensasi nyaman. Karena itu, dengan dijalinnya kerja sama antara UNJ dengan PAKSI dalam membuka program studi ilmu akupuntur, disebutnya sebagai hal yang menggembirakan. ''Karena telah menjawab tuntutan masyarakat dalam pelayanan akupuntur,'' katanya.
Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Depdiknas, Fasli Jalal, pun menyatakan hal yang sama. Hadir dalam perjanjian kerja sama itu, Fasli mengatakan, pembukaan program studi ilmu akupuntur ini merupakan peristiwa yang cukup bersejarah. ''Ini proses pencarian. Tidak ada salahnya bermimpi, biar sejarah yang mencatat nanti,'' katanya kemudian.