LAPAN Website
Minggu, 6 Juli 2003
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) saat ini sedang mengembangkan sistem satelit mikro. Menurut Kepala LAPAN Mahdi Kartasasmita, diharapkan pada tahun 2004 LAPAN telah mampu merancang dan meluncurkan satelit mikro untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Pada saat acara HUT LAPAN ke 39 tanggal 27 November 2002. Kepala LAPAN menjelaskan bahwa program satelit mikro ini akan terus dikembangkan LAPAN, selain meningkatkan pengembangan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (GIS). Satelit mikro merupakan satelit yang ukurannya lebih kecil dari pada satelit konvensional. Beratnya antara 10 sampai 100 kg, tergantung dari ukuran optik yang dipakai dalam satelit tersebut. Satelit ini mampu berusia hingga 8 tahun. Namun dengan kemajuan iptek, kemampuan satelit mikro sama dengan satelit yang besar.
Dijelaskan pula oleh Kepala Biro Humas dan Kerjasama LAPAN, Toto Marnanto Kadri, satelit mikro mampu berfungi sebagai satelit operasional atau bisa juga untuk dijadikan wahana guna mendemonstrasi-kan sebuah teknologi. Satelit mikro memenuhi persyaratan sebagai satelit. Antara lain, mampu dikendalikan dalam orbit. Pengendalian satelit dilakukan melalui frekuensi VHF maupun UHV. Hanya band-nya saja yang berbeda dengan satelit besar.
Beberapa negara, terutama negara maju seperti Jerman, Inggris, Perancis dan Amerika Serikat (AS), telah mengembangkan sistem satelit mikro tersebut. Bahkan negara Asia seperti Malaysia, Thailand, Singapura dan Korea Selatan sudah bekerja sama dengan Universitas Surrey, Inggris dalam pengembangan teknologi satelit mikro, demikian tutur Toto. Indonesia sendiri, sambung Toto, memilih untuk mengembangkan satelit mikro bersama dengan Germany Aerospace Center (DLR) dan Universitas Teknik Berlin (TU Berlin).
Khusus untuk satelit mikro, kerja sama itu telah dimulai sekitar tahun 1998, dan saat ini telah menghasilkan sejumlah SDM dan perangkat keras yang memadai untuk pengembangan di Indonesia. Toto menilai pengembangan satelit mikro itu sangat tepat bagi Indonesia Karena biayanya lebih murah ketimbang satelit besar. Selain itu perakitan satelit mikro hanya memerlukan waktu yang singkat. Dari beberapa satelit mikro yang telah dibuat, rata-rata biayanya sekitar 10 juta dolar AS.