Kompas Cyber Media
Minggu, 6 Juni 2003
Beberapa spesies aneh dari bawah laut, termasuk laba-laba raksasa dan udang bertameng, telah ditemukan dalam sebuah ekspedisi di kedalaman samudra di barat laut Selandia Baru. Anggota ekspedisi NORFANZ ini juga menemukan bunga karang yang hidup di laut dalam dan ikan hiu berduri.
Para peneliti yang adalah gabungan dari ilmuwan Selandia Baru dan Australia melakukan eksplorasi bawah laut selama empat minggu menggunakan kapal penelitian bernama Tangaroa. Mereka menebar jala raksasa yang diberi pemberat bola besi --disebut Sherman Sled-- untuk menangkap hewan-hewan di kedalaman hingga dua kilometer.
Hasilnya sungguh mengejutkan! Penelitian yang dilakukan di pegunungan bawah air sekitar Pulau Lord Howe dan Norfolk menemukan lebih banyak spesies dari yang diharapkan. "Banyak spesies yang belum tercatat dalam buku-buku ilmiah ditemukan, termasuk ikan-ikan hiu dan pari jenis baru, ikan merah (redfish), ikan ekor tikus (rattail), dan berbagai macam hewan invertebrata (tidak bertulang belakang)," ujar Mark Norman dari Museum Victoria, Australia.
Si Gigi Taring, Cumi-Cumi Aneh, dan Laba-Laba Laut Raksasa
Salah satu makhluk baru yang ditemukan, disebut ’si gigi taring’ (fangtooth), memiliki taring yang lebih panjang dari ukuran kepalanya. Agar tidak menembus otaknya sendiri saat ia mengatupkan mulut, gigi itu memiliki wadah seperti rongga di bibir ikan yang berseberangan.
Ikan lain yang juga unik adalah ikan beludak (viperfish). Ikan ini memiliki kepala yang bersendi. Sementara ikan peti mati (coffinfish) --yang mengingatkan kita pada orang bungkuk dengan lentera di mukanya-- berjalan di sepanjang dasar laut menggunakan sirip yang berbentuk seperti kaki pendek. Lentera yang sebenarnya sungut itu memiliki cahaya untuk menarik mangsanya.
Dari jenis hiu, para peneliti menemukan dua spesies dogfish atau hiu kecil dari genus Squalus. Keduanya menambah jumlah keluarga hiu dogfish yang diketahui selama ini. Sedangkan ikan aneh lain yang terjerat adalah ikan hantu Pasifik (Rhinochimaera pacifica), yang memiliki moncong panjang guna mendeteksi sinyal elektris yang dikeluarkan mangsanya. Ikan ini dapat menemukan hewan yang bersembunyi di balik pasir karena kemampuan tersebut.
Ekspedisi juga menemukan cumi-cumi yang mereka sebut sebagai cumi-cumi permata bermata besar sebelah. Hewan ini mendapat nama demikian karena mata kirinya jauh lebih besar dari mata kanannya. Para peneliti menduga mata yang lebih besar dipakai untuk mencari makan, sedangkan mata kecil akan melihat ke bawah mengawasi pemangsa lain yang mungkin memburunya.
Hal yang cukup menarik adalah temuan laba-laba yang meskipun bentuknya serupa dengan laba-laba yang biasa kita temukan di darat, namun sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga dengan mereka. Binatang ini memiliki tubuh yang relatif kecil dibanding kaki-kakinya yang panjang. Karena badannya kecil, maka beberapa organ tubuhnya mendesak hingga ke dalam kaki-kaki.
Menyerang dan Bertahan
Semua keanehan yang tidak kita temui di perairan dangkal ini memang merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi laut dalam dimana tekanan air ratusan kali lebih besar daripada di permukaan. Tempat itu biasanya juga sangat dingin, gelap gulita, dan kejam sehingga beberapa hewan memiliki karakteristik seperti siluman sedang yang lain bisa mengeluarkan cahaya dari tubuhnya.
"Makanan sangat jarang sehingga mengembangkan karakteristik yang memaksimalkan kemampuan berburu mereka, namun sekaligus tidak menjadi mangsa hewan lain," jelas peneliti laut dalam, Dr Martin Gomon.
Sebagai contoh, ikan penjebak (anglerfish) yang hidup di laut dalam telah mengembangkan cara berburu unik dengan memanfaatkan "lampu" kecil yang tergantung pada sungut di depan moncongnya. Cahaya lampu biologis ini akan menarik udang-udang kecil mendekati mulut ikan yang giginya setajam pisau cukur. Beberapa ikan lain dilengkapi tabung-tabung kecil di bagian bawah tubuhnya yang bisa mengeluarkan cahaya untuk menyamarkan diri dari predator yang berenang di bawah mereka.
Sementara hewan-hewan seperti cumi-cumi, ikan gumpal (blobfish) dan ikan peti mati menahan tekanan air yang sangat besar dengan mengisi dinding tubuhnya menggunakan cairan sisa pencernaan. "Artinya ikan-ikan ini akan sangat tidak enak bila dimakan," tandas Gomon. "Tidak ada seekor hewan pun yang mau memangsa daging yang berlapis amonia."
Awal Pengetahuan
Selain hewan-hewan hidup, para ilmuwan menemukan pula gigi-gigi fosil berukuran besar yang berasal dari megalodon, ikan hiu raksasa seukuran ikan paus yang kini sudah punah. Gigi-gigi itu tergeletak di dasar samudra selama jutaan tahun tanpa ada yang mengganggu.
Seluruhnya ada 500 spesies ikan dan 1.300 invertebrata yang berhasil ditemukan. Beberapa diantaranya tentu saja sudah dikenal dunia ilmu pengetahuan, namun banyak yang benar-benar temuan baru. Akan memerlukan waktu beberapa tahun untuk mengklasifikasikan hewan-hewan itu seluruhnya.
"Penemuan ini adalah awal mula dari pemahaman kita tentang lingkungan laut. Seperti diketahui, dua pertiga bumi diselimuti lautan, namun hanya sedikit yang kita ketahui tentang laut dalam dan penghuninya," kata direktur Badan Urusan Kelautan Australia, Sean Sullivan.